Setiap manusia pasti paham 1+1 jawabannya = 2, pernahkah kita berfikir kenapa 1+1 itu kok =2 kenapa…?, pasti setiap orang menjawab kenapa kok jawabannya = 2 sebab 1+1, mereka akan membaliknya saja…..
Tapi menurut saya jawabannya kenapa bisa = 2, yaitu sendok dan garpu, tangan, kaki, telinga, lubang hidung, dsb. jadi…cobalah untuk lebih KREATIF.
Sejak kecil aku mengenal bujur sangkar, dimana garis-garis bujurnya yang tertata kotak dan menyatu, strukturnya yang terlihat elegan dan rata sehingga jika dilihat dari sudut manapun akan terlihat kokoh dan wibawa, tapi kenapa …..aku lebih cepat berjalan maju kedepan cuman dengan lingkaran yang begitu sederhana…..
Sempat wajahku aku benamkan dalam air yang begitu dingin, aku sempat merasakan kebekuan yang begitu dahsyat sehingga senyumanku tampak pucat dan kulitku terasa perih jika aku paksa untuk tetap tersenyum, akankah aku harus memberi tahu kepada setiap orang yang aku berikan senyuman, kalau aku baru saja membenamkan mukaku dalam air dingin sehingga senyumanku pucat…….?,dan aku tidak bisa terus menerus tersenyum karena kulitku perih kalau aku terus tersenyum……?
Memang aku mempunyai alasan yang menurutku benar kenapa aku harus tidak tersenyum, dan jika aku jelaskan kepada setiap orang, orang itu pasti paham kenapa aku tidak bisa untuk tetap tersenyum, tapi……sampai kapan aku harus menjelaskan pada setiap orang yang aku temui….?
Ternyata semua alasanku tadi untuk tidak bisa tersenyum semuanya bohong itu merupakan sebuah alasan yang salah, yang salah adalah diriku sendiri, kenapa mukaku aku benamkan kedalam air yang begitu dingin,…..aku memang benar-benar SOMBONG..!
Sebuah muara ternyata akan lebih tenang jika kita mengikuti alirannya, mengapung……terbawa arus…. mengalir…..mengikuti kemana arus kehidupan akan membawa kita. Semenjak aku mengalami keberhasilan dan kegagalan, aku lebih merasakan apa tujuan hidup sebenarnya, dimana aku harus menempatkan diriku di tempat yang paling bawah dan takut berada di ketinggian yang begitu berangin. Apakah ini kemunafikan ?, apakah ini keputusasa’an ?, sehingga saya mencoba untuk terus bertanya dan menemukan jawabannya. ternyata pertanyaan-pertanyaan itulah yang merupakan keputusasa’an, daripada harus bertanya saya lebih baik menjawab, karena sebuah pertanyaan akan lebih membawa aku ke persaan ragu dan menelan waktu.
Akhirnya aku menjawab dengan sebuah hati, dimana hatiku yang lebih memberiku detik di setiap detaknya,”……Jalani tanpa harus bertanya sehingga ikhlas yang akan muncul dan sebuah ketenangan dalam berusaha untuk mengarungi hidup yang aku dapat, karena hidup akan berakhir dengan kematian…….”